Selasa, 03 Februari 2015

[Book Review] The Marriage Roller Coaster by Nurilla Iryani






Judul: The Marriage Roller Coaster
Pengarang: Nurilla Iryani
Penerbit: Stiletto Book
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 206 halaman

“Buat apa kita menikah kalau bertemu saja susah begini? Buat apa kita menikah kalau tetap merasa sendirian dan kesepian? Ah ternyata pernikahan jauh sekali dari bayanganku sebelumnya.”

Kehidupan pernikahan itu bagaikan roller coaster. Yes? No? Jungkir balik! Kadang di atas, kadang di bawah. Ada yang menikmati dan tertawa bahagia, ada juga yang tersiksa dan menangis tersedu. Setelah mencobanya, setiap orang punya pilihan masing-masing: ingin terus mencoba atau justru kapok luar biasa.

Bagaimana dengan Audi dan Rafa? Kehidupan urban yang dijalani pasangan ini memberi tantangan lebih pada pernikahan mereka. Bagaimana mencari waktu untuk bersama di tengah kesibukan mereka. Bagaimana mengatur mood setelah semua energi positif hilang di kantor. Bagaimana menahan godaan dari orang yang pernah hadir di masa lalu.

Akankah mereka terus mencoba dan bertahan? Atau justru kapok dan menyerah?

“Mungkin sekarang aku masih cinta sama kamu, tapi bagaimana cintaku bisa bertahan kalau kamu bahkan nggak pernah ada buatku? Kata orang, cinta bisa datang karena terbiasa. Bagiku, cinta bisa hilang karena terbiasa nggak ada.”

Ini merupakan buku terbitan Stiletto pertama yang saya baca :D kisahnya nggak baru-baru amat sih, tentang lika-liku kehidupan pernikahan yang menghadapi berbagai cobaan mulai dari waktu yang tersita perkerjaan, sampai dengan kehadiran orang di masa lalu.

Kerennya, buku ini bisa saya habiskan dalam waktu sehari saja. Waktu yang singkat untuk ukuran saya. Mungkin karena bukunya ringan alias nggak terlalu berat untuk dicerna, yang jelas penulisnya berhasil mendistraksi saya untuk tetap baca buku ini, konflik yang dihadirkan seru dan emosi yang dirasakan karakter Audi nyampe ke saya.

Tapi sayang, ketika sampai di puncak konflik, belum lama udah sampe ending aja nih -_- saya setuju dengan review-review orang yang bilang kalau endingnya buru-buru banget. Kecepetan! Seharusnya bisa dipanjangin sedikit lagi sik, biar kesannya Audi nggak terlalu gegabah mengambil keputusan.

Dan seperti chicklit pada umumnya, buku ini juga punya “bahasa gado-gado” alias ada sedikit-sedikit menggunakan bahasa Inggris. Nggak masalah sik kalo nyambung dengan konteksnya atau nggak keliatan aneh. Tapi saya menemukan ada yang janggal, seperti kalimat yang kurang lebih begini: “Aku bahkan curiga deep down inside aku merindukan meeting dengan Yoga di tempat ini.” Menurut saya janggal kalimatnya, kenapa nggak pake “jauh di dalam lubuk hatiku” atau kalimat bahasa Indonesia yang lain? Nggak terlalu penting sik, cuma sedikit mengganggu saya :D

Yang paling saya sayangkan ya masalah penyelesaian konfliknya yang kecepetan, atau bisa dibilang saya mengharapkan buku ini akan lebih panjang :D jadi, 3 bintang pantas diberikan buat buku ini :))

“Women think their man will change. Wrong! And men think their woman won’t change. Wrong!.”


RATING 3/5

2 komentar:

  1. aku bahkan nggak sadar ada kalimat sejanggal itu saking udah "memaklumi" bahasa yang dari awal gado-gado. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, aku juga maklum sik, tapi yang ini terlalu keliatan janggalnya :D

      Hapus